Peta Pengunjung

free counters

Selasa, 25 Oktober 2011

Perhatikan Gejala Penyakit Amandel

Gejala Penyakit Amandel

  
Tuhan tak akan menciptakan organ tubuh tanpa fungsi yang berarti seberapa pun kecilnya, demikian juga dengan amandel. Meskipun kecil, tapi manfaatnya sangat besar untuk ketahanan tubuh. Lalu sampai kapan kita bisa memelihara organ yang satu ini?.

Amandel memang telah terbukti dapat membuat sistem perlindungan yang efektif bagi tubuh, hal ini sangat berperan vital bagi tubuh anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum terbentuk secara sempurna. Seiring bertambahnya umur, fungsi amandel pun kian menurun, hal ini disebabkan sudah berkembangnya kekebalan tubuh anak sendiri.

Menurut dr. Cita H. Murjantyo, Sp.THT dari RS. Internasional Bintaro – Tangerang, fungsi amandel mencapai puncaknya ketika anak berusia 5-10 tahun, kemudian terus-menerus mengecil, hingga akhirnya berfungsi minimal di usia 12 tahun. “Secara normal amandel akan lambat laun menghilang dengan sendirinya, karena sebetulnya tidak berfungsi lagi sejak usia 12 tahun,” tutur dr. Cita.

Tapi bahayanya bila amandel sudah terlalu sering infeksi, lama kelamaan amandel tersebut tidak dapat mengecil lagi, karena didalamnya banyak mengandung jaringan mati. Atau bisa juga menjadi tempat bersarangnya kuman.

Untuk memutuskan sebuah operasi amandel, dokter THT terlebih dahulu harus mendiagnosis pasien tersebut. Paling tidak pasien harus memenuhi persyaratan tertentu untuk dikategorikan sudah tiba saatnya dioperasi.

Salah satu indikasi yang paling mudah diamati ialah seringnya anak tersebut menderita demam atau sakit tenggorok. Menurut dr. Cita, bila seorang anak mengidap demam atau sakit tenggorok lebih dari lima kali dalam setahun, maka ini merupakan pertanda perlunya operasi amandel.

Gejala lainnya ialah turunnya berat badan anak secara drastis. Ini merupakan akibat dari kesulitan menelan makanan yang dialami anak akibat membengkaknya amandel. Bahkan mungkin saja anak mengalami kesulitan bernafas dan sleep apnea, yaitu berhentinya pernafasan secara tiba-tiba ketika tidur.

Hal ini juga berlaku bila anak memiliki komplikasi lain, misalnya sinusitis. Ada kemungkinan bahwa kuman berasal dari infeksi pada amandel yang naik menuju daerah hidung, kemudian menyebabkan sinusitis.

Bila ini terjadi, maka penanganan tuntas diperlukan, dengan membuang sumber infeksi pada amandel terlebih dahulu, sebelum menangani sinusitis. Selain itu, kuman pada adenoid juga mempunyai andil yang besar untuk terjadinya sinusitis pada anak.

Kuman jenis Streptococcus B haemolyticus yang terkandung dalam amandel mengeluarkan racun (antigen) dalam jumlah banyak hingga antibodi tidak mampu lagi melawan. Akibatnya antibodi malah bergabung dengan racun tersebut. Aliansi inilah yang kemudian mampu menyebar ke bagian tubuh lain melalui aliran darah dan menyebabkan kerusakan katup jantung, radang pada ginjal, dan arthritis pada sendi.

Kerusakan pada katup jantung dapat menghambat pertukaran oksigen dan Co2 dalam darah dari jantung ke paru-paru. Di ginjal, aliansi ini mampu merusak saringan pada ginjal, akibatnya protein keluar dari ginjal. Belum lagi bila menempel di daerah sendi, tak pelak lagi arthritis (radang sendi) bisa menggejala.

Bila dicurigai kuman jenis Streptococcus B haemolyticus yang menginfeksi amandel, maka perlu dilakukan tes ASTO (Anti Streptolysin O). Tes ini berguna untuk menilai jumlah kuman dalam amandel, bila jumlahnya lebih dari 180, maka amandel akan dipertimbangkan untuk diangkat.

“Pada prinsipnya tonsil diangkat bila sudah menjadi sumber infeksi dan menimbulkan gangguan,” tegas dokter yang menyelesaikan spesialis THT di Universitas Indonesia – Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar